Minggu, 18 Maret 2012

Cinta Tak Bertuan


Cinta Tak Bertuan


Sepanjang hidup, kita seolah tak berhenti berusaha menaklukkan cinta. Cinta harus satu, cinta tak boleh dua, cinta maksimal empat, dan seterusnya. Jika cinta matematis, pada angka berapakah ia pas dan pada angka berapakah ia bablas? Dan kita tak putus merumuskan cinta, padahal mungkin saja cinta yang merumuskan kita semua. Infinit merangkul yang finit. Hidup berpasangan katanya sesuai dengan alam, seperti buaya yang hidup monogami tapi ironisnya malah menjadi ikon ketidaksetiaan.

Namun terkadang kita melihat seekor jantan mengasuh sekian banyak betina sekaligus, berparade seperti rombongan sirkus. Dan itu pun ada di alam. Lalu ke mana manusia harus bercermin? Sebagaimana semua terpecah menjadi dua kutub dalam alam dualitas ini, terpecahlah mereka yang percaya cinta multipel pastilah sakit dan khianat dengan mereka yang percaya cinta bisa dibagi selama bijak dan bajik. Yang satu bicara hukum publik dan nurani, yang satu bicara hukum agama dan kisah hidup orang besar. Yang satu mengusung komisi anti itu-ini, yang satu menghadiahi piala poligami.

Merupakan tantangan setiap kita untuk meniti tali keseimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial. Sukar bagi kita untuk menentukan dasar neraca yang mensponsori segala pertimbangan kita: apakah ini urusan salah dan benar, atau sebetulnya cocok dan tak cocok? Jika urusannya yang pertama, selamanya kita terjebak dalam debat kusir karena setiap orang akan merasa yang paling benar. Jika urusannya yang kedua, masalah akan lebih cepat selesai.

Kecocokan saya bukan berarti kecocokan Anda, dan sebaliknya. Namun seperti yang kita amati dan alami, lebih sering kita memilih yang pertama agar berputar dalam debat yang tak kunjung selesai. Semalam, saya menerima sms massal yang mengatasnamakan ibu-ibu seluruh Indonesia yang mengungkapkan kekecewaannya pada seorang tokoh yang berpoligami. Pada malam yang sama, sahabat saya menelepon dan kami mengobrolkan konsep poliamori (hubungan cinta lebih dari satu). Alhasil, saya terbawa untuk merenungi beberapa hal sekaligus.

Pertama, orang yang kita kenal sebatas persona memang hanya kita miliki personanya saja. Persona adalah lapisan informasi paling rapuh, pengenalan paling dangkal, dan oleh karena itu paling cepat musnah. Orang yang tidak kita kenal paling gampang untuk dijustifikasi ketimbang orang yang kita kenal dekat.

Kedua, apakah monogami-poligami dan monoamori-poliamori ini adalah sekat-sekat tegas yang menentangkan nurani versus ego dan 'setia' versus 'buaya'? Mungkinkah dikotomi itu sesungguhnya proses cair yang senantiasa berubah sesuai tahapan yang dijalani seseorang, ketimbang karakteristik baku yang harus dipilih atau distigmakan sekali seumur hidup? Sungguh tidak mudah menjadi seseorang yang personanya diklaim sebagai milik umat banyak. Persona seperti secabik tisu yang dengan mudah dienyahkan, diganti dengan tisu baru lainnya yang dianggap lebih bagus dan benar. Banyak dari kita bermimpi dan berjuang mati-matian agar secabik diri kita dimiliki banyak orang.

Hidup demikian memang sepintas menyenangkan dan menguntungkan, meski konsekuensinya titian tali yang kita jalani semakin tipis. Ilmu keseimbangan kita harus terus diperdalam. Tali itu harus dijalani ekstra hati-hati. Tidak mudah juga menjadi seseorang yang sangat teguh berpegang pada persona orang lain, pada mereka yang dianggap tokoh, teladan, panutan. Status selebriti bisa ada karena persona yang dipabrikasi massal lewat media lalu 'selebaran'-nya menjumpai kita, dan kita pungut. Kita mengoleksi persona mereka seperti pemungut selebaran. Terkadang kita lupa, pengenalan dan pemahaman kita hanya sebatas iklan yang tertera. Oleh karenanya justifikasi yang kita lakukan seringnya bagai memecah air dengan batu; sementara dan percuma saja. Tak terasa efeknya bagi hidup kita, tak juga bagi hidup yang bersangkutan.

Kita yang kecewa barangkali bukan karena cinta telah diduakan. Cinta tak bertuan. Kitalah abdiabdi cinta, mengalir dalam arusnya. Persepsi kitalah yang telah diduakan. Lalu kita merasa sakit, kita merasa dikhianati. Namun tengoklah apa yang sungguh-sungguh kita pegang selama ini. Perlukah kita ikut berteriak jika yang kita punya hanyalah selebarannya saja, bukan barangnya? Barangkali ini momen tepat untuk mengevaluasi aneka selebaran yang telah kita kumpulkan dan kita percayai mati-matian. Betapa seringnya kita hanyut dalam kecewa, padahal persepsi kitalah yang dikecewakan. Betapa seringnya kita menyalahkan pihak lain, padahal ketakberdayaan kita sendirilah yang ingin kita salahkan. Apapun persepsi kita atas cinta, tak ada salahnya bersiap untuk senantiasa berubah. Jika hidup ini cair maka wadah hanyalah cara kita untuk memahami yang tak terpahami. Banyak cara untuk mewadahi air, finit mencoba merangkul infinit, tapi wadah bukan segalanya. Pelajaran yang dikandungnyalah yang tak berbatas dan selamanya tak bertuan, yang satu saat menghanyutkan dan melumerkan carik-carik selebaran yang kita puja. Siap tak siap, rela tak rela.

ANTARA SAHABAT DAN CINTA PERTAMA



ANTARA SAHABAT DAN CINTA PERTAMA


"Apa kau yakin ingin meninggalkan London ?"tanya gadis cantik itu, rambut lurusnya diikat dua, mata hijaunya berbinar-binar, kulit putihnya sedikit terlihat kemerah-merahan.
"Aku yakin, aku akan pergi ke Jepang, tempat asalku dilahirkan"jawab gadis Jepang itu yakin, gadis itu berambut panjang gelombong coklat muda diikat satu, mata birunya sedikit berbinar.
"Baiklah Megumi, aku harap lain kali kau akan mampir ke London"kata gadis itu sedikit sedih.
"Ya Emily, aku pasti akan mampir kembali dan menghampirimu !"kata Megumi meyakinkan.
"Selamat tinggal Megumi"kata Emily sambil melambaikan tangannya, Megumi pun menaiki pesawat yang akan membawanya ke negeri Sakura.Selama diperjalanan Megumi hanya meneteskan air mata, mengingat sahabat terbaiknya selalu menunggu kehadirannya.
"Emily, aku janji akan kembali"kata Megumi dalam hati sambil meneteskan air mata.

Sesampai di Jepang, Megumi pun mencari kedua orang tuanya, gadis berumur 16 tahun itu mencari kedua orang tuanya, Megumi pun menemukan mereka, kedua orang tuanya sekarang sudah terlihat tua, setelah selama 4 tahun tidak bertemu orang tuanya, Megumi bersekolah di London bersama Tante dan Omnya.Megumi pun memeluk orang tuanya.
"Mama, Papa.Megumi rindu pada kalian"kata Megumi meneteskan air mata rindu.
"Kami juga merindukanmu nak"kata Mama yang juga menitikkan air mata haru.Megumi pun pulang ke rumah yang selalu ia rindukan.Di rumah sudah ada Nana, adik tersayangnya yang masih berusia 10 tahun, Megumi pun memeluk adik tersayangnya.
"Shimai, Nana rindu sekali sama Shimai"kata Nana senang melihat kakaknya sudah pulang.
"Shimai juga rindu padamu Nana"kata Megumi.Megumi pun menuju kamar tidurnya, tidak ada perubahan dengan kamarnya saat berusia 12 tahun.Dinding berwarna kuning itu masih dihiasi beberapa lukisan karya Megumi, dan sebuah jam dinding hijau kesayangan Megumi, bed cover hijau polkadot putih itu masih dihiasi sebuah boneka beruang kesayangan Megumi saat kecil, lemari kayu, meja rias putih, dan sebuah meja berukuran sdang masih terletak rapi di kamar itu, Megumi pun merebahkan diri di bed cover itu sambil memeluk boneka beruangnya, tiba-tiba handphonenya berdering, tertera sebuah pesan telah berada di kontak handphone tersebut, Megumi pun membaca pesan itu,
"  Megumi bagaimana perjalananmu ? Apakah berjalan lancar ? Aku harap begitu.Adikku, Eiji menangis terus karena tau kau pergi jauh dari London.Aku masih menunggumu sahabatku..."
Megumi pun membalas pesan itu,
"  Perjalananku berjalan lancar, oh iya titipkan salamku untuk keluargamu terutama Eiji.Aku rindu pada adik kecilmu itu, aku rindu tawa Eiji.Aku pasti akan kembali ke London, tunggu aku ya"
Megumi pun mengirim pesan itu.Megumi pun mulai menutup matanya.
Sinar mentari membangunkan gadis cantik yang sedang terlelap lelah setelah menempuh perjalanan jauh, Megumi pun bergegas membersihkan diri, tidak begitu lama Megumi pun selsai berbersih diri, ia pun duduk di meja riasnya, Megumi mengoleskan bedak, dan blush di wajah putihnya, sedikit lipsgloss teroles rapi di bibirnya.Rambut gelombangnya digulung dua.Selesai berdandan, Megumi pun menuruni tangga dan menuju ruang makan, di meja makan tersebut sudah tersedia semangkuk mie khas Jepang, dan teh hijau khusus untuk Megumi.Megumi pun menyantap sarapan tersebut,
"Shimai kapan mulai sekolah kembali ?"tanya Nana dengan suara imutnya.Megumi pun menelan mienya,
"Mungkin menunggu sampai sekolah Shimai membuka peserta didik baru"jawab Megumi.
"Hm..Mama..Mama, Shimai akan bersekolah dimana ?"tanya Nana lugu kepada Mama.
"Megumi akan bersekolah di High School Saiensu"jawab Mama kepada putri keduanya.Megumi pun selesai memakan sarapannya, ia pun menuju kamarnya,
"Hm..Mungkin aku harus berjalan-jalan keluar rumah untuk menghirp udara segar"kata Megumi, lalu mengambil jaket putihnya, lalu turun menuju pintu.
"Megumi, kau mau kemana ?"tanya Mama.
"Aku mau menghirup udara segar Ma"jawab Megumi sambil membuka gagang pintu.
"Hati-hati ya nak !"kata Mama.Megumi pun mulai berjalan-jalan, ia pun duduk di bangku Taman
Bunga Sakura.Tiba-tiba ada seseorang yang tak sengaja menumpakkan air mineralnya dijaket
 Megumi.
"Ah..Maaf"kata seorang laki-laki kepada Megumi, laki-laki itu tampan, rambutnya berwarna coklat muda, mata hitamnya terlihat ada penyesalan.
"Tak apa"jawab Megumi, pipi Megumi bersemu merah, sepertinya ia menemukan cinta pertamanya.
"Siapa namamu ?"tanya laki-laki itu.
"Namaku Megumi Natsuko, kamu dapat memanggilku Megumi"jawab Megumi, pipinya masih
bersemu meah.
"Namaku Katashi Masuo, kamu dapat memanggilku Katashi"kata Katashi ramah.
"Kamu masih bersekolah ? Lalu sekolahmu dimana ?"tanya Megumi memberanikan diri.
"Aku masih sekolah di High School Saiensu"jawab Katashi.
"Aku juga akan masuk HSS loh"kata Megumi.
"Yang benar ? Kau akan jadi murid baru ya di kelas 10, berarti kau harus memanggilku Ani dong
hahahaha"canda  Katashi.
"Enak saja, aku akan masuk kelas 11"jawab Megumi.
"Semoga kau sekelas denganku, eh sudah dulu ya.Aku ada janji dengan sahabatku, sampai bertemu di HSS"kata Katashi sambil melangkah pergi.Megumi juga bergegas pulang, sesampai di rumah, Nana menyambut Shimainya.Megumi pun menuju kamarnya,
"Aku tak sabar menunggu saat aku masuk HSS"kata Megumi dalam hati, Megumi tidur lelap di
bed covernya...

BINTANG YANG TAK BISA MENGGAPAI MATAHARI


BINTANG YANG TAK BISA MENGGAPAI MATAHARI


Tak tahu apa yang ada di pikiran ku,aku dulu adalah orang yang Jutek dan cuek terhadap orang sekitar ku.Tapi Entah kenapa setelah kehadirannya di dalam hidup ku aku menjadi orang yang penuh dengan senyuman dan penuh kebahagian.Dengan Kehadirannya aku menjadi mudah tersenyum dan mulai merasakan benih Cinta,Padahal Aku sudah jera menjalani Cinta dengan orang lain karena sering di sakiti.Sebut saja nama ku Denial ,karena kejutekan ku ini makanya aku hanya memiliki teman sekitar ku saja yang sudah lama ku kenal.dan inilah cerita ku..

Aku adalah orang yang penuh kesendirian tapi itu berbeda ketika ada seseorang yang bernama Lestari itu datang ,dia datang dengan memberi ku senyuman bahagia nya sehingga dapat membuat ku kembali tersenyum setelah sekian lama aku tak tersenyum bahagia begitu.Apalagi setiap hari aku selalu bertemu dengannya karena kami adalah satu kerjaan yang sama Cuma posisi jabatan di perusahaan itu yang membedakannya.Mungkin karena sering ketemu itu maka muncullah benih – benih cinta diantara kita,dan tanpa disadari aku semakin ingin bersama dia sampai aku mati itu yang ku pikirkan walaupun kadang konyol.

Disaat Ulang tahun ku dia memberikan kado spesial yang dibuatnya sendri sampai gak tidur,maka dari situ aku tambah yakin kalau dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan ku.Tapi, kami hanya menjalani saja dengan hubungan kami yang padahal tidak ada status apa-apa juga.Aku tersa Nyaman di dekatnya , disaat aku sakit aku masih ingat kata – kata nya memperhatikan ku “ Jangan Sakit terus yah kalau Sakit kan Kita Gak bisa ketemu ntar  dan ga bisa ketawa lagi“.aku tersenyum,membaca pesan singkat nya itu,aku pun membalasnya “iya Cerewet” ,aku semakin dekat dengannya begirtu dekat yang hampir bisa ku capai.aku masih ingat Curhat-curhatannya tentang masalah masa lalu nya .


Tiba lah waktu itu disaat aku mulai memberanikan diri untuk mengatakan perasaan ini,sesampai di kantor aku pun mulai mengajak dia ngbrol bareng apalagi direktur ga ada di kantor.kami pun mulai mengobrol seperti biasa dan saling tertawa dan bercanda seperti biasa.
“ Tar, aku boleh ngomong gak ma kamu?”
“Boleh lah , kan mulai tadi uda ngmong,heheheh” (sambil tertawa kepadaku)
“aku mau ngomong kalo aku sayang dan cinta ma kamu tar”
“Ahhh,,kamu itu becanda aja Den “ (sambil tersenyum menggoda ku)
“aku beneran Tar mau gak kamu jadi pacarku”
“tapi,maaf aku gak bisa terima kamu,maaf banget!! Sebenernya aku juga sayang ma kamu dan cinta ma kamu mungkin karena kita sering bareng-bareng becanda nya,Tapi..?(diam dan memberhentikan alasannya)
“tapi kenapa Tar kamu ga terima aku.apa aku kurang ganteng yah “. (tersenyum pasrah)
“bukan, karena aku bakalan dijodohkan dengan orang tua ku Den,yg kerjaannya sama dengan bapakku,aku ga bisa menolaknya den karena , aku harus bayar jasa ma mereka den kan aku sebagai anak angkat mereka “ (sambil menahan tangisan)
“iya,aku tau Tar aku Cuma orang yang sederhana yang mobil dan motor pun tak punya hanya ketulusan cinta yang ku punya Tar. (menunduk)

Dia pun memelukku sambil menangis dipelukanku yang tak bisa terima akan nasibnya dan hanya tetap menangis dan aku Cuma ngomong kepada nya “sudah Tar jangan nangis lagi masa yang selalu ceria seperti kamu malah menangis sih,kan kamu cahaya ku meskipun tak selamnya menjadi cahaya ku”.

Dan dia membalas perkataan ku “Maaf banget Den aku ga bisa jadi Cahaya dalam hidup selalu tapi ku harap engkau nati bahagia tanpa ku” memeluk erat diriku.

Di saat itu pun aku menyadari bahwa aku adalah seorang Bintang kecil yang tak bisa menggapai sang surya di pagi hari.Dan sekarang aku berusaha membuktikan ke semua orang bahwa aku akan sukses dengan keringatku sendiri
.

Ada Puisi Untukmu



Selalu ada puisi untukmu
antara hasrat dan kalimat yang tumbuh bersama musim
musim yang datang dan berlalu di bumi kita
sebuah puisi adalah citra cuaca
yang kucatat dari pergerakan senyum di bibirmu.

Selalu ada puisi untukmu
semua kata yang tujuannya menggambarkan debar
bagaimana rindunya ingin kupanggil namamu.

Senyum yang menjadi rahasia manis bibirmu
kusemai dalam jantungku. Tumbuh satu per satu
getarkan sunyi, bermekaran di lembarlembar kertasku
sebagian merekah dalam kelopak yang mawar
sebagian terlepas menjelma kelepak yang gusar.

Jangan risaukan kata-kata yang tak terucapkan
Biarkan menggenang dalam kolam ingatan
Atau angin menyingkap rinduku
Yang tersembunyi di pepohonan , melepaskannya padamu
Dalam bentuk musim gugur yang indah